Lompat ke isi utama

Berita

Lensa Pengawasan : Arga dan Cahaya Demokrasi Kota Daeng (Bagian 2)

Arga dan Cahaya Demokrasi Kota Daeng (Bagian 2)

Arga dan Cahaya Demokrasi Kota Daeng (Bagian 2)

Kota Daeng Menyongsong Pilkada Suara toa kampanye bersahut-sahutan dari ujung lorong ke lorong. Spanduk warna-warni berjejer di setiap tiang listrik, sebagian sudah robek, tersangkut di kabel, atau jatuh ke got. Di tengah hiruk pikuk itu, Arga Prasetya, pria berumur 30-an dengan wajah teduh dan kacamata hitam di saku kemejanya, melangkah dengan langkah cepat menuju Kantor Bawaslu Kota Makassar.
Baginya, setiap Pilkada selalu seperti musim hujan — penuh janji, ramai, tapi juga berpotensi banjir masalah. “Arga, sudah liat laporan pengawas kecamatan Manggala?” suara Hasyim Daeng Lala, pengawas senior, menyapanya begitu ia sampai di ruangan. “Sudah, Daeng. Tapi aneh, laporannya seperti disusun buru-buru. Ada data TPS yang tumpang tindih,” jawab Arga, menaruh map tebal di meja.
“Namanya juga musim pilkada. Kadang yang dilaporkan cuma separuh dari yang sebenarnya,” gumam Hasyim sambil menyalakan rokok elektriknya.
Arga tersenyum kecil. “Kalau separuh, sisanya ke mana, Daeng?”
Hasyim menjawab santai, “Sisanya ikut arus, Nak. Di sini arusnya kuat - politik uang, janji proyek, atau kadang cuma nasi kotak.” Mereka tertawa kecil. Di antara tumpukan dokumen, keduanya tahu : di balik lelucon itu, ada kebenaran pahit.
(bersambung)

Penulis : Arminth